Puasa Ramadhan dalam Pembentukan Kejujuran


Bulan Ramadhan merupakan bulan suci bagi umat Islam, orang-orang Muslim memperbanyak ibadah di bulan suci tersebut. Saat menempa diri dengan ibadah puasa juga dapat membentuk seorang Muslim menjadi pribadi yang bersifat jujur. 
 

"Salah satu hikmah dari kita melaksanakan puasa adalah akan menanamkan kepada diri kita sikap kejujuran," kata Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Zakky Mubarak saat memberikan kultum usai shalat Dzuhur di Masjid Agung Sunda Kelapa, Selasa (30/5). 

Zakky mengatakan, sikap jujur merupakan sikap dasar di dalam ajaran agama. Nabi Muhammad SAW pernah ditanya oleh seorang sahabatnya tentang hakikat ajaran Islam. Beliau menjawab dengan singkat. Menurut Rasulullah hakikatnya adalah iman dan jujur. 

Dia menjelaskan, bila melihat dari jawaban Rasulullah kepada sahabatnya, memang itulah ajaran Islam. "Iman dan jujur akan mencakup semuanya. Sebab, melaksanakan ajaran Islam tidak mungkin terjadi tanpa kejujuran," ujarnya.

Sebagai contohnya orang yang melaksanakan ibadah puasa, kata Zakky, setiap orang yang berpuasa tidak ada yang mengawasi dan tidak ada yang tahu apakah orang tersebut sedang berpuasa atau tidak. Ibadah lain seperti shalat, zakat, dan haji kelihatan oleh orang lain, tapi puasa tidak kelihatan.

"Maka Allah SWT tegaskan, semua amal ibadah untuk dirinya sendiri (pribadi manusia), kecuali puasa kata Allah, puasa itu untukKu kata Allah," ujar KH Zakky.

Ia menegaskan, melaksanakan ibadah tidak mungkin terjadi tanpa kejujuran. Sekarang lihat ibadah zakat, ibadah zakat pun tidak mungkin terjadi tanpa kejujuran. Apakah diri ini termasuk orang yang wajib zakat atau tidak? Ini pun soal kejujuran diri pribadi masing-masing. 

"Siapa yang tahu jumlah uang kita, tidak ada yang tahu kecuali kita sendiri, di situlah kejujuran itu wujud," ujarnya.

Jadi, ibadah zakat pun bisa terjadi kalau orang yang melaksanakannya jujur. Maka sangat penting sekali kejujuran di dalam ajaran agama. Selain itu, ibadah haji pun tidak bisa tanpa kejujuran. Siapa yang tahu diri ini sudah wajib haji atau belum, ini pun soal kejujuran diri pribadi. Sebab, bisa jadi ada orang yang berkali-kali pergi ke luar negeri tapi merasa belum wajib berhaji.

KH Zakky mengatakan, begitu pula dengan ibadah shalat. Sholat pun harus jujur saat melaksanakannya. Bisa jadi kelihatan melaksanakan gerakan sholat, tapi siapa yang tahu apa yang dibacanya saat melakukan gerakan sholat. Kemudian, syahadat. Menurutnya, tidak mungkin terjadi syahadat kalau tidak jujur. 

"Lisan kita mengucapkan ashhadu alla ilaha illallah, tapi hati kita mengingkari, kan nggak jujur, nggak sah syahadatnya," ujarnya.

Dia memaparkan, dalam syahadat ada tiga komponen. Pertama, syahadat diyakini dalam hati. Kedua, mengucapkan syahadat dengan lisan. Ketiga, merealisasikan syahadat dalam kehidupan. Jadi, rukun Islam kalau tidak dibarengi kejujuran tidak mungkin terlaksana. Maka benar yang Rasulullah katakan, iman dan kejujuran sangat penting.

Zakky menyampaikan, Allah SWT berfirman dalam Alquran tentang sifat kejujuran. Firmannya, wahai orang-orang yang beriman, tegakanlah kebenaran hanya karena Allah, jangan karena yang lain. "Jadi ini yang harus kita jaga, ibadah kita, zakat kita, aktivitas kita, amal soleh kita, dasarnya harus karena Allah, bukan karena yang lain," ujarnya.


REPUBLIKA

Posting Komentar

0 Komentar